1.
Infeksi
Bakteri
Disebabkan oleh bakteri Haemophillus
gallinarum. Penyakit ini biasanya menyerang ayam akibat adanya
perubahan musim. Perubahan musim biasanya mempengaruhi kesehatan ayam. Snot
banyak ditemukan di daerah tropis. Penyakit ini menyerang hampir semua umur
ayam. Angka kematian yang ditimbulkan oleh penyakit ini mencapai 30%
tetapi angka morbiditas atau angka kesakitannya mencapai hingga 80%.
Snot bersifat kronis, biasanya berlangsung antara 1-3 bulan.
Ayam betina berumur 18-23 minggu paling rentan terhadap penyakit
ini. Namun menurut pengalaman kami, ayam berumur kurang dari 16 minggu
mempunyai angka kematian yang cukup tinggi jika terkena penyakit ini. Sedangkan
ayam yang sedang bertelur dapat disembuhkan tetapi produktivitas telur menurun
hingga 25%. Penularan Snot dapat melalui
kontak langsung, udara, debu, pakan, air minum, petugaskandang dan peralatan
yang digunakan.
Dari berbagai referensi yang kami dapatkan gejala penyakit Snot
pada ayam adalah sbb:
Ø
Ayam
terlihat mengantuk, sayapnya turun
Ø
Keluar
lendir dari hidung, kental berwarna kekuningan dan berbau khas
Ø
Muka
dan mata bengkak akibat pembengkakan sinus infra orbital
Ø
Terdapat
kerak dihidung
Ø
Napsu
makan menurun sehingga tembolok kosong jika diraba
Ø
Ayam
mengorok dan sukar bernapas
Ø
Pertumbuhan
menjadi lambat.
Pengobatan Snot yang diberikan adalah Preparat Sulfat seperti Sulfadimethoxine atau Sulfathiazole, menurut beberapa penulis penyakit ini dapat diobati dengan antibiotika seperti Ultramycin, imequil atau corivit. Kami menggunakan preparat enrofloksacyn atau lebih dikenal dengan Enflox produksi SHS dan saat ini kami sedang mencoba menggantinya dengan preparat amphycillin dan colistin atau lebih dikenal dengan Amphyvitacol produksi Vaksindo. Seorang penulis menyebutkan pengobatan tradisional juga dilakukan dengan memberikan susu bubuk yang dicampur dengan air dan dibentuk sebesar kelereng sesuai dengan bukaan mulut ayam dan diberikan 3 kali sehari.
Sedangkan pengobatan tradisional yang kami lakukan adalah memberikan
perasan tumbukan jahe, kunir, kencur dan lempuyang. Air perasan ini dicampurkan
pada air minum. Sedangkan ampasnya kami campurkan pada sedikit pakan. Selain
ramuan ini menghangatkan tubuh ayam, ramuan ini juga berkhasiat untuk menambah
napsu makan ayam. Selain memberikan obat yang diberikan bersama dengan air
minum, kami juga memberikan obat secara suntikan pada ayam yang sudah parah.
Obat yang kami berikan adalah Sulfamix dengan dosis 0.4
cc/kg BB ayam. Hal lain yang perlu dilakukan karena penyakit ini mempunyai
penularan yang sangat cepat dan luas, ayam yang terkena Snot
harus sesegera mungkin dipisahkan dari kelompoknya.
Upaya pencegahan yang dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan kandang
dan lingkungan dengan baik. Kandang sebaiknya terkena sinar matahari langsung
sehingga mengurangi kelembaban. Kandang yang lembab dan basah memudahkan
timbulnya penyakit ini.
2. Berak
Kapur atau Pullorum
Berak kapur disebabkan oleh bakteri Salmonella
pullorum. Berak kapur sering ditemukan pada anak ayam umur 1-10 hari.
Gejala yang timbul adalah :
Ø Napsu makan menurun
Ø Kotoran encer dan bercampur
butiran-butiran putih seperti kapur
Ø Bulu dubur melekat satu dengan yang
lain
Ø Jengger berwarna keabuan
Ø Badan anak ayam menjadi menunduk
Ø Sayap terkulai
Ø Mata menutup
Penulis yang lain mengatakan gejala anak ayam yang terkena berak kapur
selain gejala yang disebutkan di atas, anaka ayam akan terlihat pucat, lemah,
kedinginan dan suka bergerombol mencari tempat yang hangat.
Berbeda dengan ayam dewasa, gejala berak kapur tidak nyata benar. Ayam
dewasa yang terkena berak kapur akan mengalami penurunan produktivitas telur,
depresi, anemia, kotoran encer dan berwarna kuning.
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga sanitasi mulai
dari mesin penetasan hingga sanitasi kandang dan melakukan desinfeksi kandang
dengan formaldehyde sebanyak 40%. Ayam yang terkena
penyakit sebaiknya dipisahkan dari kelompoknya, sedangkan ayam yang parah
dimusnahkan.
Pengobatan Berak Kapur dilakukan dengan menyuntikkan antibiotik seperti
furozolidon, coccilin, neo terramycin, tetra atau mycomas di dada
ayam. Penulis lain menyebutkan pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan
preparat sulfonamide.
3. Berak Hijau
Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti, demikian pula
pengobatannya. Selama ini penyakit ini diduga disebabkan oleh bakteri sejenis Salmonella
pullorum. Penularan berak hijau sangat mudah yaitu melalui kontak
langsung termasuk saat jantan mengawini betina dan melalui pakan dan minuman
yang terkontaminasi dengan ayam yang sakit. Pengaruh penyakit ini dapat sampai
ke DOC keturunan induk yang sakit.
Gejala penyakit ini adalah:
Ø Jengger berwarna biru
Ø Mata lesu
Ø Napsu makan menurun
Ø Sekitar pantat terlihat memutih dan
lengket.
Upaya pencegahan merupakan hal utama antara lain dengan menjaga sanitasi
kandang, memisahkan antara ayam yang sakit memberikan pakan yang yang baik.
Jika ayam yang terinfeksi mengalami kematian, lebih baik ayam tersebut dibakar
agar bakteri tersebut ikut mati dan tidak menular ke ayam yang lain.
4. Kolera
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Pasteurella gallinarum atau
Pasteurella multocida. Biasanya menyerang ayam pada usia 12 minggu. Penyakit
ini menyerang ayam petelur dan pedaging. Serangan penyakit ini bisa bersifat
akut atau kronis. Ayam yang terserang kolera akan mengalami penurunan
produktivitas bahkan mati. Bakteri ini menyerang pernapasan dan pencernaan.
Kolera dapat ditularkan melalui kontak langsung, pakan, minuman, peralatan, manusia, tanah maupun hewan lain. Pada serangan akut, kematian dapat terjadi secara tiba-tiba.
Kolera dapat ditularkan melalui kontak langsung, pakan, minuman, peralatan, manusia, tanah maupun hewan lain. Pada serangan akut, kematian dapat terjadi secara tiba-tiba.
Sedangkan pada serangan kronis didapatkan gejala sbb:
Ø Napsu makan berkurang
Ø Sesak napas
Ø Mencret
Ø Kotoran berwarna kuning, coklat atau hijau
berlendir dan berbau busuk
Ø
Jengger
dan pial bengkak serta kepala berwarna kebiruan
Ø
Ayam
suka menggeleng-gelengkan kepala
Ø
Persendian
kaki dan sayap bengkak disertai kelumpuhan
Ø Lesi yang didapatkan pada unggas yang
mengalami kematian pada kolera akut antara lain adalah :
1. Perdarahan
pintpoint pada membran mukosa dan serosa dan atau pada lemak abdominal
2. Inflamasi pada 1/3 atas usus kecil
3. Ggambaran “parboiled” pada hati
4. Pembesaran dan pembengkakan limpa
5. Didapatkan material berbentuk cream atau
solid pada persendian
Diagnosis secara tentative dapat didirikan atas riwayat unggas, gejala
dan lesi postmortem. Sedangkan diagnosis definitive didapatkan pada isolasi dan
identifikasi organisme ini.
Tindakan pencegahan sangat penting dilakukan antara lain dengan menjaga agar litter tetap kering, mengurangi kepadatan kandang, menjaga kebersihan peralatan kandang dan memberikan vitamin dan pakan yang cukup agar stamina ayam tetap terjaga. Pengobatan kolera dapat dilakukan dengan menggunakan preparat sulfat atau antibiotik seperti noxal, ampisol atau inequil.
Tindakan pencegahan sangat penting dilakukan antara lain dengan menjaga agar litter tetap kering, mengurangi kepadatan kandang, menjaga kebersihan peralatan kandang dan memberikan vitamin dan pakan yang cukup agar stamina ayam tetap terjaga. Pengobatan kolera dapat dilakukan dengan menggunakan preparat sulfat atau antibiotik seperti noxal, ampisol atau inequil.
5. Chronic Respiratory Disease (CRD)
Ngorok atau Air Sac atau Sinusitis. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri
Mycoplasma galisepticum. Biasanya menyerang ayam pada usia 4-9
minggu. Penuluaran terjadi melalui kontak langsung, peralatan kandang, tempat
makan dan minum, manusia, telur tetas atau DOC yang terinfeksi.
CRD ini mirip dengan Snot atau Coryza yaitu:
Ø batuk-batuk
Ø napas berbunyi atau ngorok
Ø keluar cairan dari lubang hidung
Ø nafsu makan turun
Ø produksi telur turun
Ø ayam suka menggeleng-gelengkan
kepalanya
Sedangkan penulis lain mengatakan gejala yang timbul pada
CRD adalah:
Ø ayam kehilangan napsu makan secara
tiba-tiba dan terlihat lesu
Ø warna bulu pucat, kusam dan di
beberapa lokasi terjadi perlengketan terutama di sekitar anus
Ø terjadi inkoordinasi saraf
Ø tinja cair dan berwarna putih
Pencegahan terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari cara yang paling sederhana yaitu tidak membeli DOC dari produsen yang tidak diketahui dan melakukan sanitasi kandang. Pengobatan CRD pada ayam yang sakit dapat diberikan baytrit 10% peroral, mycomas dengan dosis 0.5 ml/L air minum, tetraclorin secara oral atau bacytracyn yang diberikan pada air minum.
6. Colibacillosis
Penyebab penyakit ini adalah Escherichia coli.
Problem yang ditimbulkan dapat infeksi akut berat dengan kematian yang
tiba-tiba dan angka kematian yang tinggi hingga infeksi ringan dengan angka
kesakitan dan kematian yang rendah. infeksi dapat terjadi pada saluran
pernapasan, septicemia atau enteritis karena infeksi pada
gastrointestinal. Penyakit ini dapat berdiri sendiri atau diikuti oleh infeksi
sekunder. Infeksi sekunder yang menyertai penyakit ini adalah Mycoplasma
gallisepticum. Semua umur dapat terkena penyakit ini, namun yang paling
banyak adalah ayam usia muda.
Gejala yang ditimbulkan pada penyakit ini disebabkan oleh
toksin yang dikeluarkan oleh bakteri akibat pertumbuhan dan multiplikasi.
Invasi primer terjadi pada system pernapasan dan system gastrointestinal.
Omphalitis atau infeksi pada anak ayam terjadi karena penutupan tali
pusat yang kurang baik atau karena invasi bakteri melalui cangkang telur pada
saat inkubasi.
Berikut ini gejala yang timbul pada penyakit ini adalah:
Ø Napsu makan menurun
Ø Ayam lesu dan tidak bergairah
Ø Bulu kasar
Ø Sesak napas
Ø Kotoran banyak menempel di anus
Ø Diare
Ø Batuk
Pada septicemia akut dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba. Pada
pembedahan akan didapatkan:
1. Dehydrasi
2. Bengkak dan kongesti pada hati, limpa dan
ginjal
- Perdarahan pinpoint pada organ viscera
- Eksudat fibrinous pada kantung udara, kantung jantung dan permukaan jantung, hati dan paru (sangat karakteristik)
- Usus menipis dan inflamasi serta mengandung mucous dan area perdarahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga sanitasi kandang seperti
menjaga ventilasi udara, litter yang terjaga kebersihannya, secara teratur
melakukan desinfeksi terhadap peralatan dan fasilitas lainnya. Hal yang tidak
kalah pentingnya adalah menjaga kualitas pakan dan air minum, kepadatan kandang
harus diperhatikan, penanganan mesin penetas telur dan menjauhkan ayam dari
stress yang dapat menurunkan daya tahan tubuh.
Pengobatan Colibasillosis dapat dilakukan dengan obat-obat sulfa,
neomisin, streptomisin dan tetrasiklin. Meskipun demikian, menurut info
yang lain dikatakan pengobatan penyakit ini cenderung susah dan tidak menentu.